PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Komunikasi merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan.
Kesuksesan dan kegagalan seseorang dalam hidupnya dapat terpengaruhi oleh efek
komunikasinya dengan orang lain, dengan komunikasi kepercayaan seseorang
terhadap orang lain dapat tumbuh sehingga untuk mempengaruhi seseorang mudah
dilakukan.
Jika kita buka lembar sejarah peradaban, tokoh-tokoh filsafat barat
dapat memaparkan berbagai toeri penemuannya dengan cara beritorika dengan baik
dan efektif. Begitupulan dengan para Nabi kepada umatnya dalam menyebarkan
kepercayaannya terhadap suatu keyakinan bertuhan. Ketika masa Nabi Musa
dihadapkan oleh pembesar di masa kaumnya yang pandai beritorika seolah sihir
yang dapat dipercaya oleh semua manusia, sehingga Allah memberikan kelebihan
terhadap Musa dengan konsep atau ajaran dan kemampuan beritorika yang jauh
lebih baik sehingga dapat mengalahkan mereka.
Begitupula dengan dakwah Nabi Muhammad, Nabi Muhammad dilahirkan
dengan keadaan bangasa arab yang gemar akan syair serta sastra sehingga cara
penyampaian ajarannyapun disesuaikan dengan keadaan. Penyesuaian cara
penyampaian dan teori dalam komunikasi
terhadap komunikasi menjadi salah satu faktor terciptanya kominiksi yang efektif.
Dalam kesempatan kali ini, pemakalah dalam makalah ini akan memaparkan tentang cara
berkomunikasi yang baik. Sehingga dapat diterima oleh para komunikan dan dapat
berbekas kedalam hati mereka.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam penulisan makalah ini kami merumuskan masalah yang akan kami
selesaikan dalam masalah cara komunikasi yang baik dan dapat berbekas kedalam
hati para komunikannya. Rumusan tersebut adalah:
1.
Apa
itu Qaulan Baligha.?
2.
Bagaimana
Qaulan Baligha dalam Al-Quran.? Serta,
3.
Bagaiman
cara mengamalkan Qaulan Baligha dalam kehidupan.?
C.
Tujuan
Maslah
Adapun tujuan pemakalah dalam menuliskan makalah ini adalah:
1.
Dapat
memahami apa yang dinamakan Qaulan Baligha.
2.
Mengetahui
hukum Qaulan Baligha dalam Al-Quran. serta
3.
Bisa
mengamalkan Qaulan Baligha dalam kehidupan .
A.
Pengertian
Qaulan Baligha
Ungkapan qaulan baligha secara
bahasa berarti perkataan yang sampai kepada maksud, berpengaruh dan berbekas
kedalam jiwa. Hamka (1983 : 142) menyebutkan bahwa ungkapan qaulan baligha bermakna
ucapan yang sampai pada lubuk hati orang yang diajak berbicara, yaitu kata-kata
yang fashahat dan balaghah (fasih dan tepat); kata-kata yang membekas pada hati
sanubari. Kata-kata seperti ini tentunya keluar lubuk hati sanubari orang yang
mengungkapkan.
Sementara al-Maraghi (1943 : 129) mengaitkan qaulan baligha dengan
arti tabligh sebagai salah satu sifat Rasul (Tabligh dan Baligh berasal dari
akar kata yang sama yaitu balagha), yaitu Nabi Muhammad diberi tugas untuk
menyampaikan peringatan kepada umatnya dengan perkataan yang menyentuh hati
mereka.
Senada dengan itu, Katsir (1410 : 743) menyatakan makna kalimat
ini, yaitu menasihati dengan ungkapan yang menyentuh sehingga mereka berhenti
dari perbuatan salah yang selama ini mereka lakukan.
Dari segi lain Asidiqi (1977 : 358) memaknai qaulan baligha dari
segi gaya pengingkapannya, yaitu perkataan yang membuat orang lain terkesan
atau mengesankan orang yang diajak berbicara.
Dari sudut Ilmu Komunikasi Rahmat (1994 : 81) mengartikan ungkapan qaulan
baligha sebagai ucapan yang fasih, jelas maknanya, tenang, tepat
mengungkapkan apa yang dikehendaki, karena itu qaulan baligha diterjemahkan
sebagai komunikasi yang efektif. Efektivitas komunikasi terjadi apabila
komunikasi terjadi apabila komunikator menyesuaikan pembicaraannya dengan
sifat-sifat khlayak yang dihadapinya. Qaulan baligha mengandung arti pula bahwa
komunikatoor menyentuh khalayak pada hati dan otak sekaligus, sehingga
komunikasi dapat terjadi secara tepat dan efektif.
Komunikasi antar manusia merupakan aktivitas menyampaikan dan
menerima pesan dari dan kepada orang lain. Saat berlangsung komunikasi, proses
pengaruh memengaruhi terjadi. Di samping itu, komunikasi juga bertujuan untuk
saling mengenal, berhubungan, bermain, saling membantu, berbagi informasi,
mengembangkan gagasan, memecahkan masalah, meningkatkan produktivitas,
membangkitkan semangat kerja, meyakinkan, menghibr, mengukuhkan status, membius
dan menciptakan rasa persatuan.
B.
Qualan
Baligha Dalam Al-Quran
Di dalam Al-Quran kata qaulan baligha disebutkan satu kali
dalam surah an-Nisa’ (4) ayat 63.
“Mereka
itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka.
Karena itu berpalinlah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan
katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.” (QS. An-Nisa’
(4): 63)
Ayat ini terkait dengan orang-orang munafik yang telah banyak
berkreasi dalam melakukan kejahatan. Kejahatan orang munafik yang paling serius
dan berdampak kepada lahirnya kejahatan-kejahatan yang lain adalah tidak
padunya hati mereka dengan apa yang mereka ucapkan. Ciri utama mereka adalah
banyak banyak dusta, suka ingkar janji, tidak amanah dalam menjalankan tugas,
shalatnya malas-malasan, lain di lidah lain di hati.
Tentang ciri-ciri orang munafik itu, Rasulullah SAW bersabda:
“Tanda
kemunafikan ada tiga, meskipun dia berpuasa, shalat, meskipun mengaku bahwa
dirinya Muslim: apabila berbicara dia berbohong, apabila berjanji dia pungkiri,
dan apabila diberi amanah dia berkhianat”.
Orang yang seperti ini punya cara tersendiri untuk berkomunikasi
dengan mereka. Allah memandu Nabi Muhammad SAW agar berpaling dari mereka,
tidak menghabiskan waktu untuk melayani mereka, dan memberikan nasihat kepada
mereka dengan kata-kata yang bisa sampai ke dalam relung-relung hati mereka.
Imam al-Alusi mengatakan bahwa qaulan baligha untuk orang munafik adalah
dengan menyampaikan kepada mereka hal-hal yang membuat mereka gelisah dengan
aspek terjang mereka dan merasakan takut dengan apa yang mereka lakukan.
Seperti mengatakan kepada mereka bahwa apa yang mereka sembunyikan dalam hati
tidak mungkin tersembunyi di sisi Allah. Bahkan perlu juga menyampaikan semacam
ancaman bahwa aspek terjang yang mereka lakukan bisa berdampak buruk kepada
mereka, bisa saja mereka dibunuh atau dihabisi karena pengkhianatan yang mereka
lakukan.
Quraish Shihab menafsirka surat an-Nisa’ ayat 63 ini dalam
tafsir Al-Misbah: “orang-orang yang bersumpah bahwa mereka yang
menginginkan kebaikan dan petunjuk itu, Allah mengetahui kebohongan serta
hakikat yang ada di dalam hati mereka. Oleh karena itu, jangan hiraukan ucapan
mereka dan ajaklah mereka kepada kebenaran dengan nasihat yang baik. Katakan
kepada mereka kata-kata yang bijak dan penuh arti, hingga merasuk ke dalam
kalbu mereka.”
Sementara dalam tafsir Jalalayn disebutkan: “(Mereka itu adalah
orang-orang yang diketahui Allah isi hati mereka) berupa kemunafikan dan
kedustaan mereka dalam mengajukan alasan (maka berpalinglah kamu dari mereka)
dengan memberi mereka maaf (dan berilah mereka nasihat) agar takut kepada Allah
(serta katakan kepada mereka tentang) keadaan (diri mereka perkataan yang
dalam) artinya yang berbekas dan memengarui jiwa, termasuk bantahan dan
hadirkan agar mereka kembali dari kekafiran.”
Dari penafsiran para ahli diatas dapat kita pahami bahwa surah an-Nisa’
ayat 63 ini terkait dengan orang munafik yang menyembunyikan sesuatu di dalam
hati mereka, maka Nabi SAW diperintahkan oleh Allah untuk mengatakan bahwa
Allah tidak pernah luput ilmu-Nya dari apa yang mereka sembunyikan di dalam
hati.
Ayat ini juga mengajarkan kepada kita bahwa qaulan baligha efektif
kalau disampaikan dengan cara ‘wa qul lahum fi anfudihim’ (katakanlah
pada diri mereka). Artinya, jangan menyampaikan pesan yang terkait dengan
pribadi seseorang di cepan khalayak, tetapi berbicara dua mata dan hanya dengan
orang yang dimaksud. Jika kata-kata yang dipilih merasuk ke dalam sanubari
mereka ditambah dengan cara yang lemah lembut dan tidak menegur mereka di depan
publik, perpaduan dua metode itu sangat mambantu komunikatoruntuk mengubah cara
pandang dan sikap komunikan.
C.
Qaulan
Baligha Dalam Kehidupan Sehari-hari
Komunikasi hakikatnya adalah proses tentang mengirim dan menerima
pesan, baik lisan, tulisan maupun dengan anggota tubuh. Manusia patut bersyukur
kepada Allah Yang Mencipta karena seluruh komponen pengirim dan penerima pesan
disediakan secara gratis dan siap difungsikan sesaat setelah kita dilahirkan
bahkan sebelum dilahirkan.
Setelah unsur jasad dan roh berpadu dalam diri kita di hari ke 120,
manusia kecil yang sedang tumbuh dalam rahim ibunya itu sudah mulai mampu
berkomunikasi dengan alam di luar rahim. Al-Quran mengisyaratkan bahwa alat
komunikasi yang paling pertama berfungsi pada manusia adalah pendengaran,
setelah itu penglihatan, dan baru fuad (hati).
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan lepas dari komunikasi,
mulai dari bangun dari tidur hingga tidur lagi kita pasti berkomunikasi. Oleh
karena itu, kita selaku manusia yang butuh akan komunikasi harus bisa
menggunakan komunikasi dengan baik, agar kita bisa memperoleh keinginan kita
sesuai dengan harapan yang kita inginkan.
Di samping tujuan baik yang digunakan dalam berkomunikasi,
komunikasi juga dapat dipakai dalam mengdu domba, melemahkan semangat,
meruntuhkan status, membuat orang sedih, dan membuat orang terjerumus ke dunia
hitam.
Karena muara smua tujuan komunikasi adalah pertukaran pesan dan
saling memengaruhi, maka membangun komunikasi yang bertujuan untuk menciptakan
suasana yang sehat adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Islam. Pengaruh
pesan tersebut tidak hanya sesaat, tetapi kadang-kadang kekal sepanjang hidup
komunikan.
Komunikasi juga berfungsi sebagai sihir kepada para pendengarnya,
baik komunikasi yang positif maupun yang negatif. Seni menyampaikan pesan
disebut oleh Nabi Muhammad sebagai sihir karena ia bisa mengalihkan perhatian
pendengarnya kepada makna yang diinginkan oleh pembicara, meskipun keliru. Jika
pesan yang disampaikan membuat orang tertarik menerima pesan yang keliru, maka
ia menjadi tercela. Rasulullah SAW bersabda;
“Dari
Abu Khurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang mempelajari
seni menyampaikan pesan untuk menawan hati manusia, Allah tidak akan menerima
segala tebusannya di hari kiamat”.
Tetapi, jika dia mampu
menarik perhatian orang dengan tujuan menunjukkan jalan hidayah, dan orang
mendapatkan hidayah lewat perantaranya maka perbuatan tersebut sangat terpuji.
Rasulullah SAW bersabda;
“Dari
Anas bin Malik berkata, rasulullah SAW bersabda: “tidak ada seorangpun yang
mengefektifkan lisannya untuk kebenaran, lalu apa yang dia katakan diamalkan
oleh orang setelahnya, kecuali Allah akan mengalirkan pahalanya sampai hari
kiamat, kemudian Allah akan sempurnakan pahalanya pada hari kiamat”.
Karena besarnya pengaruh komunikasi diatas, maka kita perlu
berfikir sebelum berkomunikasi, apakah membawa dampak positif atau negatif
terhadap diri kita dan orang lain. Kata-kata yang kita gunakan dalam
berkomunikasi juga sangat besar pengaruhnya terhadap komunikan, kata bisa
membuat hati tentram, meskipun tidak jarang kata itu melukai. Jadi, kita harus
berhati-hati dalam mengucapkan kata-kata dalam berkomunikasi.
A.
Kesimpulan
Ungkapan qaulan baligha secara
bahasa berarti perkataan yang sampai kepada maksud, berpengaruh dan berbekas
kedalam jiwa. Hamka (1983 : 142) menyebutkan bahwa ungkapan qaulan baligha bermakna
ucapan yang sampai pada lubuk hati orang yang diajak berbicara, yaitu kata-kata
yang fashahat dan balaghah (fasih dan tepat); kata-kata yang membekas pada hati
sanubari.
Surah an-Nisa’ ayat 63 ini terkait dengan orang munafik yang
menyembunyikan sesuatu di dalam hati mereka, maka Nabi SAW diperintahkan oleh
Allah untuk mengatakan bahwa Allah tidak pernah luput ilmu-Nya dari apa yang
mereka sembunyikan di dalam hati.
Kita perlu berfikir sebelum berkomunikasi, apakah membawa dampak
positif atau negatif terhadap diri kita dan orang lain. Kata-kata yang kita
gunakan dalam berkomunikasi juga sangat besar pengaruhnya terhadap komunikan,
kata bisa membuat hati tentram, meskipun tidak jarang kata itu melukai. Jadi,
kita harus berhati-hati dalam mengucapkan kata-kata dalam berkomunikasi.
1. Al-Quran
Terjemah
2. Cangara, Hafied. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
3.
Hefni,
Harjani. Dr. Lc., M.A. 2015. Komunikasi Islam. Jakarta : Prenada Media
4. Najib, Ainun. 2013. Rekonstruksi Makna Istilah Ahl al-Kitab dan
Variasinya dalam Al-Qur’an.
Yogyakarta : mu3 Communication.
5. http//www.jurnalislam.com
alhamdulillah dan terima kasih ..
BalasHapus