Objek Dakwah



  A.    Pengetian Objek Dakwah (Mad’u)
           Mad’u adalah isim maf’ul yang berasal dari kata da’a, berarti orang yang diajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Mad’u adalah objek dan sekaligus objek dalam dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. Siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah Islam. Dakwah tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi orang-orang di luar Islam, baik mereka itu atheis, penganut aliran kepercayaan, pemeluk agama lain semua adalah mad’u.
             
            Hal ini disebabkan oleh karena misi kedatangan Islam adalah sebagai rahmat bagi alam semesta. Islam tidak akan terealisir sebagai rahmat bagi semesta alam apabila dakwah dibatasi hanya pada kalangan tertentu saja. Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran surah al-Anbiya (21) ayat 107 yang artinya.

“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya (21) : 107)

              Demikian pula firman Allah SWT kepada Rasulullah SAW mengenai misi kerasulan di muka bumi dalam Al-Quran surah as-Saba’ (34) ayat 28 yang artinya.

“Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa kabar gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. As-Saba' (34 ):28)

              Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa Allah SWT telah memerintahkan Rasul-Nya, “Kami tidak mengutusmu sebagai Rasul kepada sesuatu golongan atau sesuatu suku, tetapi Kami mengutusmu sebagai Rasul kepada seluruh umat manusia, untuk memberi berita gembira bagi orang-orang mukmin dan peringatan bagi orang-orang kafir, tetapi kebanyakan manisia tidak mengetahui.”

  B.     Pembagian Objek Dakwah 
                   Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surah as-Saba’ (34) ayat 28

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

“Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa kabar gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S.As-Saba' (34 ):28)

              Berdasarkan ayat diatas  dapat dipahami bahwa objek dakwah atau sasaran dakwah secara umum adalah seluruh manusia, dan objek dakwah secara khusus dapat ditinjau dari berbagai aspek. Secara khusus sebagai berikut :

1.      Aspek Usia
1)      Anak-anak,
2)      Remaja, dan
3)      Orang tua.
2.      Aspek Kelamin
1)      Laki-laki, ataupun
2)      Perempuan
3.      Aspek Agama
1)      Islam, dan
2)      Kafir atau non muslim
4.      Aspek Sosiologis
1)      Masyarakat terasing,
2)      Masyarakat pedesaan,
3)      Masyarakat kota kecil dan kota besar, serta
4)      Masyarakat marjinal dari kota besar
5.      Aspek Struktur Kelembagaan
1)      Priyayi,
2)      Abangan, dan
3)      Santri
6.      Aspek Ekonomi
1)      Golongan kaya,
2)      Golongan menengah, dan
3)      Golongan miskin
7.      Aspek Mata Pencarian
1)      Petani,
2)      Peternak,
3)      Pedagang,
4)      Nelayan,
5)      Pegawai, dll.
8.      Aspek Khusus
1)      Golongan masyarakat tuna susila,
2)      Golongan masyarakat tuna netra,
3)      Golongan masyarakat tuna rungu, dan
4)      Golongan masyarakat tuna wisma.
9.      Aspek Komunitas Masyarakat
1)      Seniman,
2)      Pemusik,
3)      Peseni lukis,
4)      Pseni pahat,
5)      Peseni tari, dll.

            Para Da'i tidak cukup hanya mengetahui objek dakwah secara umum dan secara khusus tersebut, tetapi yang lebih penting lagi yang harus diketahui adalah hakikat objek dakwah atau sasaran dakwah itu sendiri. Adapun hakikat objek dakwah adalah seluruh dimensi problematika hidup objek dakwah, baik problem yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, akhlaq, mu'amalah, pendidikan, sosial, ekonomi, politik, budaya, dll.

  C.     Hubungan Antara Da’i dan Mad’u

Perlu ditegaskan di sini, karena di atas disebutkan bahwa dakwah merupakan kewajiban setiap muslim dan muslimah mukallaf, sedangkan mad’u adalah seluruh manusia tanpa terkecuali, maka da’i adalah sekaligus mad’u dalam dakwah. Hal ini bermakna, tidak ada spesialisasi berdasarkan pilihan menjadi da’i saja atau menjadi mad’u saja, yang ada adalah setiap muslim dan muslimah mukallaf harus berdakwah, namun mereka juga terkena program dakwah.

            Da’i adalah manusia biasa, bukan malaikat, juga tidak ma’shum. Ia bisa berlaku salah, khilaf dan punya sifat-sifat kelemahan sebagai manusia. Ia tidak berada dalam posisi tak bisa dislahkan atau tak bisa dikritik. Da’i memerlukan peringatan, bimbingan dari orang lain dan juga penambahan bekal-bekal yang diperlukan dalam dakwah. Oleh karenanya, manjadi da’i tidak bermakna telah paripurna sebagai muslim sehingga tidak memerlukan nasihat, peringatan dan bimbingan lagi. Justru sebaliknya, karena da’i bertugas mengajak orang lain maka iapun harus menunjukkan dirinya siap mendengar dan menerima nasihat serta peringatan.

            Selama ini terkesan ada pembedaan yang amat tajam antara da’i dengan mad’u. Di satu sisi da’i berkewajiban mengajak, di sisi lain mad’u berkewajiban mendengar. Seakan-akan da’i bukanlah mad’u dan mad’u akan slamanya menjadi mad’u. Hal seperti ini menyebabkan sang da’i betrada pada posisi sakral, yang tidak tersentuh oleh para mad’u, dan tak layak diberikan kritik ataupun teguran. Begitu da’i terjatuh ke dalam kesalahan atau kekhilafan, akan meruntuhkan seluruh kredibilitas dan kesakralannya selama ini.

            Dalam konteks gerakan dakwah Islam, kendatipun  seluruh manusia adalah mad’u, akan tetapi perlu adanya prioritas dalam pengggarapannya. Berbagai keterbatasan yang dimiliki gerakan dakwah tidak memungkinkannya mengambil sekaligus seluruh bagian umat untuk dilakukan dakwah kepada mereka. Prioritas adalah kunci untuk bisa melakukan kerja dakwah secara efektif dan menghasilkan produk yang optimal.
Share on Google Plus

About Abdul Khofid Nauwir

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar